'cookieChoices = {};' CARA JUMPER BATERAI | ALAT BERAT / HEAVY EQUIPMENT UNIT

CARA JUMPER BATERAI



Mengapa Battery Sering Meledak Saat Di-Jumper?
Orang yang idealis sering beranggapan bahwa pekerjaan ‘njumper’ battery adalah pekerjaan yang tabu atau haram. Kalau pekerjaan ini ‘diharamkan’ mengapa procedure ‘njumper’ ada tertulis di setiap OMM? 

Mengapa booster cable banyak dijual di pasaran? Kalau battery kita mengalami drop voltage yang dikarenakan misalnya charging system problem, masakkan kita langsung ganti battery? Alih-alih men-jumper battery kita malah sering mengganti battery (yang sebenarnya masih bagus ini) dengan battery baru. 

Pemborosan yang luar biasa. Bukankah setelah kita perbaiki system pengisiannya, battery akan normal kembali setalah kita jumper dan machine beroperasi normal kembali? Jadi menurut saya yang haram adalah bukan njumper-nya, tetapi pekerjaan njumper yang berulang-ulang kali.

Pekerjaan njumper yang berulang-ulang kali menandakan ‘ada yang tidak beres’ dalam system kelistrikan kita. Dan sebagai mekanik yang professional, kita ‘wajib’ menemukan sumber penyebabnya dan mengatasinya. Bilamana akar penyebab masalah tidak diketemukan maka pekerjaan njumper berulang-ulang kali pastinya akan sangat merepotkan kita. Dan bahkan sering terjadi incident battery meledak saat mekanik melakukan pekerjaan njumper ini. Dan kabar baiknya, kita akan bahas mengapa battery bisa meledak saat ‘dijumper’.

Peristiwa battery meledak sering terjadi saat kita melakukan ‘jump start’ atau ‘memancing’ battery. Dan dampak dari kejadian ini dapat kita bayangkan; semburan elektrolit (H2SO4) sangat berbahaya/merusak bila mengenai tubuh manusia. Bila mengenai body unit bisa mengakibatkan korosif, bila mengenai bahan yang mudah terbakar bisa mengakibatkan unit terbakar. Namun seminim-minimnya kerugian adalah kita harus mengeluarkan biaya untuk penggantian battery yang meledak tersebut.

Setelah kita investigasi ternyata penyebab utama dari meledaknya saat melakukan ‘pen-jumper-an’ adalah ‘kurangnya pengetahuan’ mekanik tentang prosudure ‘njumper’ yang benar. Padahal sebagai mekanik ada buku panduan yang sangat baik saat melakukan pekerjaan ini. Prosedure ‘njumper’ atau sering disebut dengan ‘Starting engine with booster cable’ bisa kita temukan di setiap OMM (Operating & Maintenance Manual). Hanya permasalahannya pernahkah kita membaca /memperhatikannya?

Aturan/urutan langkah kerja untuk men-jumper battery adalah sbb:
1.Hubungkan kabel booster positif (+) ke terminal positif (+) battery yang zwak (baca: soak)
2.Hubungkan kabel booster positif (+) ke terminal positif (+) battery yang baik.
3.Hubungkan kabel booster negatif (-) ke terminal negatif (-) battery yang baik.
4.Hubungkan kabel negatif (-) ke engine block atau yang jauh dari posisi battery.
5.Nyalakan engine unit yang battery-nya baik minimal sekitar 30 detik
6.Nyalakan engine unit yang battery-nya zwak
7.Setelah engine menyala, lepas hubungan kabel kebalikan dari langkah di atas

Catatan:
Pakai APD yang telah ditentukan.
Pastikan saat melakukan pekerjaan ini kondisi lingkungan aman
Pastikan alat yang rusak tidak menghidupkan peralatan listrik apa pun (lampu, AC, radio, dsb)
Jangan parkir unit terlalu rapat (atau bahkan ditempelkan dengan maksud menghubungkan ground)
Langkah terakhir saat menghubungkan cable booster adalah step 5D, yaitu cable booster negative (-) dihubungkan ke engine block dan cukup jauh jaraknya dari battery.

Kebanyakan ‘kesalahan’ teman-teman mekanik saat men-jumper battery ini adalah, langsung menghubungkan antara terminal (+) dengan plus (+), dan negative (-) dengan negative (-)
Lalu pertanyaannya, mengapa kabel negatif (-) dihubungkan ke engine block yang battery-nya zwak dan harus jauh dari battery itu sendiri?

Hal ini disebabkan karena saat digunakan (discharging) battery yang zwak mengeluarkan gas Hydrogen yang mudah terbakar, gas tersebut mudah tersulut oleh kontak (percik api) ketika kabel negatif (-) dipasang dekat dengan battery, terutama bila clamp penjepitnya kurang kuat.

Masih ingat reaksi kimia-nya battery kan?
Pada saat battery digunakan, tiap molekul asam sulfat (H2S04) pecah menjadi dua ion hidrogen yang bermuatan positif (2H+) dan ion sulfat yang bermuatan negatif (S04-). Tiap ion S04 yang berada dekat lempeng Pb akan bersatu dengan satu atom timbal murni (Pb) menjadi timbal sulfat (PbS04) sambil melepaskan dua elektron. Sedang sepasang ion hidrogen tadi akan ditarik lempeng timbal dioksida (PbO2), mengambil dua elektron dan bersatu dengan satu atom oksigen membentuk molekul air (H2O).

Dari proses ini terjadi pengambilan elektron dari timbal dioksida (sehingga menjadi positif) dan memberikan elektron itu pada timbal murni (sehingga menjadi negatif), yang mengakibatkan adanya beda potensial listrik di antara dua kutub tersebut.

Saat discharge:
Pb02 + Pb + 2H2S04 -----> 2PbS04 + 2H20

Di atas ditunjukkan terbentuknya timbal sulfat selama penggunaan (discharging). Keadaan ini akan mengurangi reaktivitas dari cairan elektrolit karena asamnya menjadi lemah (encer), sehingga tahanan antara kutub sangat lemah untuk pemakaian praktis.
Nah, kalau kita tahu gas Hydrogen yang keluar dari vent plug itu sangat berbahaya, masih beranikah kita bermain api dekat battery?

0 Response to "CARA JUMPER BATERAI"

Post a Comment