'cookieChoices = {};' TROUBLE DUMP TRUCK | ALAT BERAT / HEAVY EQUIPMENT UNIT

TROUBLE DUMP TRUCK


1.Engine speed (Rpm)
Mengetahui speed engine saat low idle dan high idle, untuk memastikan Fuel tThrottle pedal (electrical throttle system HD785-5) kondisinya normal. Sedangkan untuk mengetahui power engine, pengukuran dilakukan dengan stall speed.
Prosedur   
      -     Radiator coolant temperature : 70-90o (temperature kerja)
      -     Memastikan fuel throttle lever dapat diposisikan pada stopper Low dan High
      -     Hidupkan engine dan ukur speed saat low dan high.

2.Compression pressure (kg/cm2)
      Mengetahui tingkat keausan pada liner dan ring piston, atau kondisi valve guide / steam.
      Prosedur
      -     Radiator coolant temperature : + 60oC
      -     Cracking rpm : 150 – 250 rpm (untuk memastikan tercapai, pasang tachometer)
      -     Pastikan Intake system kondisinya bagus (tidak terjadi kebuntuan)
      -     Valve clearance: standart
      -     Lepas nozzle atau injector, dan pasang adapter (nozzle palsu), sambungkan dengan pressure gauge.
      -     Tutup fuel line, posisikan shut-off agar tidak terjadi fuel injection.  
      -     Putar (crangking) engine dengan tenaga battery saja (engine tidak hidup) dan ukur compression pressure. Lakukan 3-4 kali, ambil nilai rata rata.
      -     Agar battery lebih tahan lama, buka semua nozzle atau injector.                  

3.Blow by pressure (mmH2O, mmAq)
      Untuk mengetahui tingkat keausan pada liner dan ring piston (bebocoran pressure dari ruang bakar)
      Prosedur
-     Radiator coolant temperature : 70-90o(temperature kerja)
      -     Memastikan pedal throttle lingkage & lever throttle FIP dapat diposisikan pada stopper High.
-     Check fuel dan air system kondisinya normal.
      -     Pasang Blow-by adapter dan sambungkan dengan pressure gauge
      -     Hidupkan engine, posisikan high idle (jika memungkinkan berikan load maksimal , ukur
            saat unit operasi), kemudian ukur pressure blow by.
      Untuk memastikan blowby merupakan indikasi terjadinya kebocoran pressure dari ruang bakar, maka harus didukung data pendukung sebagai berikut.
-     Pressure blow-by diatas standart / permissible 
-     Warna blow-by cenderung putih kebiru – biruan sebagai indikasi adanya oli yang terbakar.
-     Oil consumption tinggi
-     Hasil PAP (silicon- debu, metal wear)
-     Trend analysis blowby-pressure

4.Oil pressure  (kg/cm2)
      Memastikan pressure oli yang digunakan untuk system lubricating engine sesuai standart, sehingga tidak terjadi keausan abnormal.
      Prosedur
-     Radiator coolant temperature : 70-90o (temperature kerja)
-     Oil level dalam range Low-High
-     Tidak terjadi oil leakage
-     Pasang nipple dan sambungkan dengan pressure gauge.
-     Hidupkan engine, ukur pressure saat engine low idle dan high idle.

5.Intake resistant (mmH20)
      Untuk mengetahui tingkat kebuntuan air cleaner dan juga sebagai indikasi kemampuan hisap piston.
Prosedur   
-     Radiator coolant temperature : 70-90o (temperature kerja)
-     Tidak terjadi kebocoran pada intake system
-     Pasang nipple measurement dan sambungkan dengan pressure gauge
      -     Hidupkan engine, ukur intake resistance dengan stall speed.

6.Exhaust temperature (oC)
      Untuk mengetahui tingkat kwalitas pembakaran, yang ditentukan oleh perbandingan udara yang masuk dengan fuel yang diinjeksikan.
Prosedur   
-     Radiator coolant temperature : 70-90o (temperature kerja)
      -     Check fuel dan air system kondisinya normal.
-     Pasang temperature sensor dan sambungkan dengan thermometer
      -     Hidupkan engine, ukur exhaust temperature dengan stall speed (akan lebih actual jika pengukuran dilakukan selama unit operasi).

7.Exhaust gas color (Bosch Index)
      Untuk mengetahui tingkat kwalitas pembakaran, dan tingkat kebocoran oli kedalam ruang bakar (melalui valve steam dan ring piston).
Prosedur   
-     Radiator coolant temperature : 70-90o (temperature kerja)
      -     Check fuel dan air system kondisinya normal.
      -     Hidupkan engine, masukkan suction port Smoke checker kedalam muffler (exhaust pipe) dan hisap (tarik handlenya) saat engine diakselerasikan.
      -     Bandingkan hasil hisapan gas buang yang terdapat pada filter paper dengan table standart

8.Valve clearance
      Untuk mengetahui dan memastikan kerengangan valve (intake dan exhaust) sesuai standard, karena clearance valve menentukan valve timing dan total valve stroke (total jumlah udara yang masuk dan exhaust gas yang keluar), sehingga sangat berpengaruh terhadap tenaga engine.
      Prosedur
      -     Radiator coolant temperature : + 60oC (atau tergantung standart factory : Cold / Hot)
      -     Posisikan cylinder yang akan diadjust pada TDC compression
      -     Masukkan feeler gauge (sesuai standart clearance) diantara rocker arm dan crosshead, putar adjustment screw sampai feeler gauge terasa sliding saat digerakkan.
      -     Adjustment valve clearance dapat dilakukan per Cylinder atau dengan metode dua kali putar.

9.Oil temperature
      Untuk mengetahui dan memastikan temperature oli dalam range kerja, karena temperature sangat berpengaruh terhadap viskositas oli yang dapat mempercepat keausan komponen.
Prosedur   
-     Radiator coolant temperature : 70-90o (temperature kerja)
-     Oil level dalam range Low-High
      -     Masukkan Fluid temperature sensor melalui oil filler  jika memungkinkan, atau pasang elbow (terdapat dalam thermometer kits) pada main gallery dan masukkan Fluid temperature sensor untuk mengukur temperature oli.

10.Fuel Injection timing (FIP)
      Untuk mengetahui dan memastikan Start of Injection, karena sangat menentukan tenaga engine dan untuk mencegah terjadinya knocking atau detonation.
      -     Prosedur (Delivery method)
      -     Putar dan posisikan Cylinder no.1 pada TDC Compression kemudian tepatkan mark IJ (start injection) pada front damper atau flywheel dengan pointer.             
      -     Lepas delivery valve No. 1 dan kendorkan bolt coupling FIP
      -     Pompakan feed pump sambil menggerakkan drive shaft FIP, perhatikan saat fuel berhenti mengalir dari lubang delivery valve No.1, maka berarti timing injection sudah tepat.
      Prosedur Mark alignment method
      -     Putar dan posisikan Cylinder no.1 pada TDC Compression kemudian tepatkan mark IJ (start injection) pada front damper atau flywheel dengan pointer.
      -     Posisikan mark (tanda) drive shaft dengan housing FIP saling segaris atau sejajar.
Untuk HPI Engine,dapat langsung menggunakan monitoring system dalam special function of monitor panel

11.Radiator pressure valve
      Untuk mengetahui pressure maksimal didalam cooling system, sehingga tidak terjadi over pressure yang dapat menyebabkan kebocoran (hose, clamp, core radiator dsb) dan mencegah air didalam radiator dapat mendidih, jika pressurenya terlalu rendah, sehingga tidak terjadi cavitasi pada komponen (liner).
      -     Gunakan radiator cap tester.

12.Fan belt tension
      Untuk memastikan fan dapat berputar dengan kecepatan sesuai putaran engine (tidak terjadi slip), sehingga hisapan atau hembusan angin untuk mendinginkan air radiator dapat maksimal. Tension belt yang standart juga akan mencegah terjadi kerusakan belt lebih cepat.
      Prosedur
      -     Tekan belt dengan menggunakan push-pull scale dengan tekanan sesuai standart.
      -     Ukur penyimpangan (deflection) belt

13.Oil consumption ratio
      Untuk mengetahui jumlah penambahan oli yang disebabkan adanya oli yang masuk ke dalam ruang bakar melalui ring piston atau valve steam, sehingga ikut terbakar. Pengukuran perbandingan berdasarkan jumlah penambahan oli dengan jumlah bahan bakar (fuel) yang digunakan.
14.Alternator output voltage
      Untuk mengetahui besar voltage alternator saat engine hidup, sehingga dapat memastikan terjadinya proses recharging battery selama unit operasi.
      Prosedur.
      -     Hidupkan engine dan posisikan high idle
      -     Gunakan AVO meter secara paralel, ukur terminal B alternator : 27-5 – 29.5 V.

15.Battery relay
      Untuk memastikan battery relay dapat menghubungkan salah satu terminal battery dengan electrical system unit, sehingga battery dapat menjadi power source.

16.Starting Switch
Untuk memastikan starting switch berfungsi untuk memposisikan system unit sesuai putaran starting switch.
-     Ukur connectivitas antar terminal sesui posisi / putaran starting switch.

17.Starting motor
Untuk memastikan starting motor dapat bekerja dengan baik saat digunakan untuk memutar (cranking) engine.

18.Solenoid valve
Untuk memastikan solenoid valve dapat bekerja saat Arus perintah mengalir, untuk mengalirkan atau menutup aliran pressure oli. (tergantung type : NC atau NO)
      -     Ukur nilai resistance solenoid saat dingin dan dalam range temperature operasi.
      -     Pastikan plunger atau push pin tidak jammed. dsb

19.Sensor
      Untuk mengetahui nilai resistance atau kontak kedua terminal (sensor switch).
      -     Ukur perubahan nilai resistance berdasarkan perubahan pressure atau temperature.
      -     Ukur connectivitas kedua terminal berdasarkan pressure atau gerakan mechanism. dsb

20.Connector
      Untuk mengetahui connectivitas antara male dan female, sehingga dapat memastikan arus listrik dapat mengalir dan system unit dapat berfungsi normal.
      -     Lakukan pengecheckan visual check < kondisi connector, wiring, seal dsb
      -     Gunakan multimeter untuk untuk mengukur connectivitas masing masing wiring saat female and female dipasang.        
     
21.Engine doesn’t start
      -     Terdapat udara yang terjebak didalam fuel system
      -     Keabnormalan pada supply pump, shut-off valve
      -     Cranking rpm tidak tercapai
      -     Fuel tercampur air, dsb

22.Engine Low Power
      -     Terjadi kebuntuan pada Air cleaner atau fuel filter
      -     Injection timing tidak tepat
      -     Keabnormalan pada supply pump, shut-off valve
      -     Lingkage thottle atau Current throttle drive kurang maksimal
      -     Kwalitas fuel jelek : bercampur air, minyak tanah (kerosin) atau kotoran lainnya. dsb

23.Engine doesn't Stop
      -     Shut-off solenoid valve putus
      -     O-ring injector sisi fuel return bocor, sehingga masuk ke port metering.

24.Engine Black Smoke
      Pada dasarnya disebabkan perbandingan udara masuk lebih sedikit dari fuel yang diinjeksikan, sehingga ada sebagian fuel yang tidak terbakar.
      -     Air cleaner buntu
      -     Turbocharger abnormal
      -     Over fuelling karena keabnormalan pada control fuel system
      -     Unit beroperasi pada daerah ketinggian, sehingga kerapatan udara luar relatif lebih kecil.

25.Engine White Smoke
      -     Ujung Injector pecah, sehingga tidak terjadi injection spray.
      -     Injection Timing tidak tepat.

26.Engine Can't High Idle
      -     Fuel control dial (potentiometer) abnormal
      -     Keabnormalan pada ECM
      -     Misadjustment engine speed sensor. dsb

27.Engine Knocking
      -     Timing injection terlalu cepat atau lambat
      -     Terjadi keausan berlebihan pada main bearing
      -     Adjustment valve clearance tidak tepat. dsb

28.Oil Consumption is excessive
      -     Keausan pada liner atau ring piston terlalu besar (oil up)
      -     Keausan pada valve guide terlalu besar (oil down)
      -     Kerusakan turbocharger, keausan pada bushing atau seal, sehingga oli bocor ke sisi blower atau impeller. dsb.

29.Oil is mixed in coolant
      -     Terjadi keretakan pada cylinder head atau engine block pada sisi jalur air.
      -     O-ring liner bocor
      -     O-ring gasket cylinder head bocor.
      -     Oil cooler bocor, dsb

30.Oil level rises
Oil level engine dapat naik disebabkan adanya fuel atau air radiator yang bocor dan masuk ke dalam crank case, hal ini dapat disebabkan oleh :
-     Keausan Plunger FIP terlalu besar, sehingga fuel bocor ke dalam case FIP
-     Nozzle atau injector pecah, sehingga fuel langsung bocor ke ruang bakar dan turun melalui ring piston masuk ke crank case.
-     O-ring return port nozzle atau plunger bocor, dsb
-     Jika level bertambah tinggi karena bercampur dengan air maka, penyebabnya sama dengan oil engine bercampur air diatas. No 9.

31.Coolant Temperature rises to high
      -     Core & Fin radiator buntu
      -     Air radiator kurang
      -     Thermostat jammed
      -     Vaccum valve (cap radiator) tidak berfungsi. dsb
      -     Impeller water pump slip, atau internal leakage terlalu besar, dsb.

32. Unit tidak bisa bergerak
Pada dasarnya disebabkan putaran engine tidak dapat diteruskan menuju power train, yang dapat disebabkan kerusakan pada Mechanical, Electrical atau Hydraulic system.
-          Torque converter slip (contoh hydraulic)
-          Propeller shaft output T/C patah (contoh mekanikal)
-          Solenoid valve transmission putus (contoh electrical)

33.Unit kehilangan tenaga pada saat travelling
Pada dasarnya dapat disebabkan adanya penurunan performance unit secara total, yang dapat disebabkan kerusakan pada Engine System, Brake System, Electrical system atau Power Train system. Antara lain :
-          Engine low power : keabnormalan pada Fuel, Air system atau electrical control engine
-          Power train system : keabnormalan pada T/C, T/M slip
-          Brake system : Brake clutch jammed

34.Gear shifting berlangsung lambat, Modulating Time lama pada saat perpindahan kecepatan
Pada dasarnya disebabkan flow oli yang menuju clutch T/M, mengalami kekurangan jumlah atau kecepatan alir. Yang antara lain disebabkan oleh :
-          Internal leakage transmission pump terlalu besar
-          Keabnormalan pada modulating dan quick return valve
-          Kebocoran pada seal piston clutch T/M. dsb

5.Tidak bisa pindah speed, Transmisi tidak bisa shift up
      Pada dasarnya disebabkan keabnormalan pada system electrical control Transmission.
      -     Keabnormalan pada Directional lever
      -     Solenoid valve T/M abnormal
      -     Disconnect pada wiring harness T/M. dsb

36.Gear shifting mengejut, hentakan besar pada saat unit mulai berjalan atau saat shifting
      Pada dasarnya disebabkan kecepatan alir flow oli menuju clutch terlalu cepat
      -     Quick return jammed tertutup, sehingga initial pressure terlalu tinggi
      -     Modulating valve jammed terbuka, sehingga high pressure langsung menuju clutch. dsb

37.Torque converter over heat
      -     Unit selalu dioperasikan overload
      -     Internal leakage Torque converter terlalu besar
      -     Outlet pressure T/C terlalu tinggi. dsb

38.Lock-up clutch tidak dapat engaged
      -     Lock-up solenoid valve putus / jammed
      -     Lock-up valve jammed tertutup, spring load patah
      -     Lock-up seal piston bocor. dsb

39.Tekanan oli T/C rendah
      -     Internal leakage T/C besar
      -     Setting relief T/C terlalu rendah
      -     Oil level T/M terlalu rendah

40.Steering wheel tidak bisa berputar atau berat
      -     Bearing steering shaft jammed
      -     Steering valve jammed misal terganjal material asing
      -     Gear set steering valve aus berlebihan sehingga tidak bisa berfungsi sebagai motor.

41.Steering wheel tidak bisa berputar dengan stabil (hentakan besar), Steering wheel bergetar
      -     Keausan berlebihan pada center hinge (pin & bushing)
      -     Keausan berlebihan pada pin & bushing steering cylinder
      -     keausan tidak merata (abnormal) pada inner component steering valve. dsb

42.Unit cederung berbelok kesatu arah pada saat travelling
      -     Internal leakage pada salah satu port outlet steering valve
      -     Steering spool jammed pada salah satu posisi steering. dsb

43.Steering wheel kadang - kadang susah diputar
      -     Keausan tidak merata (abnormal) pada inner component steering valve.
      -     Bearing steering shaft jammed. dsb

44.Hoist cylinder low power pada saat mengangkat dump body
      -     Internal leakage hydraulic pump terlalu besar.
      -     Setting hoist relief valve terlalu rendah
      -     Internal leakage pada hoist control valve atau hoist cylinder terlalu besar. dsb

45.Hoist cylinder tidak berfungsi
      -     Hoist relief valve jammed terbuka, sehingga flow discharge langsung kembali  ke tank
      -     Internal leakage pada hoist control valve atau hoist cylinder terlalu besar.
      -     Push-pull cable hoist leakage jammed atau putus. dsb

46.Hydraulic drift dump body besar
      -     Internal leakage pada hoist control valve terlalu besar
      -     Internal leakage hoist cylinder terlalu besar.

47.Front brake hanya bekerja satu sisi
      -     Salah satu front relay valve abnormal
      -     Salah satu front chamber brake valve abnormal
      -     Salah satu seal piston rear brake clutch bocor. dsb

48.Rear brake hanya bekerja satu sisi
      -     Salah satu rear relay valve abnormal
      -     Salah satu rear chamber brake valve abnormal
      -     Salah satu seal piston front disc brake bocor. dsb

49.Tekanan udara tidak bisa naik
      -     Liner & Piston air compressor aus berlebihan
      -     Misadjutment cut-out pressure Air governor (terlalu rendah)
      -     Unloader valve jammed terbuka, sehingga inlet valve compressor selalu terbuka. dsb

50.Brake tidak berfungsi dengan baik
      -     Internal leakage berlebihan pada brake valve
      -     Internal leakage berlebihan pada seal piston brake clutch
      -     Keausan berlebihan pada brake clutch. dsb

51.Service brake tidak bisa release atau jammed
      -     Spool brake valve jammed terbuka
      -     Brake clutch disc-plate lengket menjadi satu karena overheat. dsb

52.Parking brake tidak bisa relase atau jammed
      -     Over adjustment parking brake pads.
      -     Seal parking spring chamber bocor. dsb

53.Over Stroke Indicator menyala
      -     Bleeding kurang komplet, sehingga masih terdapat angina dalam brake system
      -     Kebocoran pada seal piston brake clutch
      -     Automatic adjuster slack adjuster berfungsi karena terjadi keausan pada brake clutch. dsb

54.Engine tidak bisa start
      -     Kerusakan pada Starting motor
      -     Voltage battery drop
      -     Engine jammed. dsb

55.Engine mati tiba - tiba pada saat traveling
      -     Keabnormalan pada electrical engine control system
      -     Strainer fuel tank buntu, sehingga fuel tidak dapat mengalir ke system
      -     Solenoid valve shut-off valve putus. dsb

0 Response to "TROUBLE DUMP TRUCK"

Post a Comment