'cookieChoices = {};' TROUBLE GRADER | ALAT BERAT / HEAVY EQUIPMENT UNIT

TROUBLE GRADER


1.Transmission pilot pressure
Untuk mengetahui besar pilot pressure penggerak clutch spool transmission sehingga dapat mengarahkan flow discharge pump menuju clutch, besar pilot pressure cenderung konstan, tidak dipengaruhi oleh rpm engine dan diatur / dibatasi oleh pilot reducing valve.

2.Transmission lubrication pressure
Untuk memastikan besarnya pressure oli yang digunakan untuk pelumasan inner component transmission, sehingga tidak terjadi keausan abnormal, maksimal pressure lubricating dibatasi oleh lubricating valve.

3.Transmission main relief pressure
Untuk mengetahui maksimal pressure dalam system control transmission yang digunakan untuk mengengagedkan clutch, sehingga system dapat berfungsi normal. Besar pressure diatur oleh main relief valve, dimana saat relief pressure tercapai, flow discharge pump akan dikembalikan ke tank melalui port drain main relief valve.

4.Transmission inching pressure
Untuk mengetahui besarnya pressure yang digunakan untuk mengengagedkan clutch Forward atau Reverse, pressure clutch akan dihilangkan atau dihubungkan dengan circuit drain saat inching pedal diinjak. Dapat digunakan sebagai indikasi ketepatan adjustment linkage & rod mekanisme pedal inching, sehingga saat gear shifting dapat dilakukan dengan smooth dan tidak terjadi slippage pada clutch Forward atau Reverse.

5.Transmission slipping
Untuk mengetahui tingkat slippage yang terjadi pada masing masing clutch, sehingga terlebih dahulu diukur modulating pressure dan modulating time masing masing clutch, untuk memastikan clutch dapat full engaged. Transmission slipping dapat digunakan sebagai indikasi keausan disc-plate clutch pack transmission.

6.Differential locking device oil pressure
Untuk mengetahi besarnya pressure yang digunakan untuk mengengagedkan differential lock clutch, dimana maksimal pressurenya dibatasi oleh relief valve (25 kg/cm2). Dapat digunakan sebagai indikasi kemampuan clutch differential lock menyamakan putaran kedua sisi roda meskipun terjadi perbedaan yang besar pada kedua sisi roda.

7.Transmission gear shift lever travel
Untuk mengetahui panjang langkah pergerakan directional lever, saat digerakkan dari posisi P - N – F1 – F2 – F3 - F4 – F5 – F6 – F7 – F8,  P - N – R1 – R2 – R3 - R4 – R5 – R6 – R7 – R8 sebagai indikasi ketepatan adjustment rotary switch atau potentiometer lingkage & ball detent, agar didapatkan kemudahan dan kenyamanan pengoperasian.

8.Transmission gear shift lever operating force
Untuk mengetahui gaya yang diperlukan untuk menggerakkan directional lever, saat digerakkan dari posisi P - N – F1 – F2 – F3 - F4 – F5 – F6 – F7 – F8,  P - N – R1 – R2 – R3 - R4 – R5 – R6 – R7 – R8, sebagai indikasi ketepatan adjustment dan rotary switch atau potentiometer lingkage & ball detent, agar didapatkan kemudahan dan kenyamanan pengoperasian.

9.Height of inching pedal
Untuk mengetahui ketinggian inching pedal pada saat pedal tidak diinjak, sebagai indikasi ketepatan adjustment linkage & rod mekanisme pedal inching, agar didapatkan kemudahan dan kenyamanan pengoperasian.

10.Play of inching pedal
Untuk mengetahui gerak bebas inching pedal pada saat tidak diinjak, sebagai indikasi respon pergerakan inching valve yang dipengaruhi oleh keausan yang terjadi pada mechanism rod & lingkage, danend stroke, sebagai indikasi kemampuan hydraulic system menyerap tenaga engine dan merubahnya menjadi tenaga hydraulis saat mendapat beban normal dan maksimal.

14.Steering wheel turning angle (Lock to lock)
Untuk mengetahui total sudut belok front wheel saat steering cylinder diposisikan sampai end stroke pada kedua arah, sebagai indikasi kemampuan maksimal unit melakukan belokan untuk mendapatkan minimal turning radius.

15.Steering wheel play
Untuk mengetahui gerak bebas steering wheel saat engine mati, sebagai indikasi keausan pada steering shaft spline, U-joint dan gear set steering valve, sehingga responsive steering valve terhadap pergerakan steering wheel dapat dipertahankan.

16.Leaning lever travel
Untuk mengetahui panjang langkah leaning lever saat digerakkan dari posisi Hold – RH leaning dan Hold – LH leaning, sebagai indikasi ketepatan adjustment mekanisme linkage & rod lever leaning, agar didapatkan kemudahan dan kenyamanan pengoperasian.

17.Articulation lever travel
Untuk mengetahui panjang langkah articulation  lever saat digerakkan dari posisi Hold – RH articulated dan Hold – LH articulated, sebagai indikasi ketepatan adjustment mekanisme linkage & rod lever articulation, agar didapatkan kemudahan dan kenyamanan pengoperasian.

18.Steering wheel operating force (turning direction)
Untuk mengetahui gaya yang diperlukan untuk memutar steering wheel, sebagai indikasi kemampuan steering valve berfungsi sebagai motor, jika tidak memungkinkan melakukan pengukuran saat engine mati, lakukan dengan engine low idle dan jalankan unit secara perlahan.

19.Leaning lever operating force
Untuk mengetahui gaya yang diperlukan untuk menarik atau menekan leaning lever saat digerakkan dari posisi Hold – RH leaning dan Hold – LH leaning, sebagai indikasi lubricating linkage & rod serta inner part Leaning control valve kondisinya normal dan ketepatan adjustment mekanisme linkage & rod lever leaning, agar didapatkan kemudahan dan kenyamanan pengoperasian.

20.Articulation lever operating force
Untuk mengetahui yang diperlukan untuk menarik atau menekan articulation  lever saat digerakkan dari posisi Hold – RH articulated dan Hold – LH articulated, sebagai indikasi lubricating linkage & rod serta inner part Articulation control valve kondisinya normal dan ketepatan adjustment mekanisme linkage & rod lever articulation, agar didapatkan kemudahan dan kenyamanan pengoperasian.

21.Tire run out
Untuk mengetahui besarnya penyimpangan putaran roda depan dan belakang sebagai indikasi kondisi axle bearing dan ketepatan adjustment clearance kedua cone bearingnya.

22.Tire inflation pressure
Untuk mengetahui pressure angin didalam ban saat terpasang pada unit dan dapat digunakan sebagai indikasi kemampuan roda untuk meredam kejutan yang timbul dari permukaan jalan yang tidak rata.

23.Camber of wheel
Untuk mengetahui sudut kemiringan roda terhadap sumbu vertical dan diukur dari arah depan atau belakang, sebagai indikasi kemampuan roda depan mendapatkan bidang tumpuan yang flexible terhadap permukaan tanah, sehingga roda depan mudah dikendalikan (saat belok) serta kelurusan arah travel dapat dipertahankan.

24.Toe in of wheel
Untuk mengetahui perbedaan jarak antara garis tengah roda depan kanan dan kiri, diukur pada bagian depan dengan bagian belakang (saat dilihat dari atas), dimana bagian depan harus lebih sempit dibandingkan bagian depan, sebagai indikasi kemudahaan roda depan dikendalikan saat dibelokkan dan mencegah terjadinya keausan abnormal roda dengan menghilangkan kemungkinan terseretnya ke salah satu sisi saat roda depan dibelokkan.

25.Leaning angle of wheel
Untuk mengetahui sudut kemiringan roda saat dipossisikan full leaning ke dua sisi, kanan dan kiri, dapat digunakan sebagai indikasi kemampuan mendapatkan ground pressure yang seimbang dengan beban blade saat operasi grading miring, sehingga arah jalan unit dapat tetap dipertahankan kelurusannya, karena kedua roda depan tidak cenderung terseret ke satu sisi.

26.Brake performance
Untuk mengetahui kemampuan brake system saat dioperasikan secara mendadak pada kecepatan travel tertentu (32 km/h) dengan mengukur jarak efek pengereman dari brake pedal diinjak penuh sampai titik dimana unit berhenti, dapat digunakan sebagai indikasi respon brake system secara menyeluruh (air pressure, wear disc clutch) dan kondisi roda.

27.Parking brake performance
Untuk mengetahui kemampuan parking brake saat diaktifkan untuk mencegah pergerakan unit yang tidak diinginkan saat unit sedang parker, sebagai indikasi ketepatan adjustment brake disc-pad clearance.

28.Brake pedal operating force
Untuk mengetahui gaya yang diperlukan untuk menggerakkan brake pedal, saat digerakkan dari posisi Release – Brake, sebagai indikasi mechanism inner part brake valve kondisinya normal, agar didapatkan kemudahan dan kenyamanan pengoperasian.

29.Main relief valve set pressure LH control valve
Untuk mengetahui maksimum pressure saat salah satu attachment yang berada pada Lh control valve diposisikan end stroke, sebagai indikasi kemampuan hydraulic system menyerap tenaga engine dan merubahnya menjadi tenaga hydraulis saat mendapat beban maksimal.

30.Main relief valve set pressure RH control valve
Untuk mengetahui maksimum pressure saat salah satu attachment yang berada pada Rh control valve diposisikan end stroke, sebagai indikasi kemampuan hydraulic system menyerap tenaga engine dan merubahnya menjadi tenaga hydraulis saat mendapat beban maksimal.

31.Control lever travel for Blade lifting Lh & Rh right, Blade side shifting, Drawbar side shifting
      Circle rotation, Power tilt, Ripper
      Untuk mengetahui panjang langkah masing masing control lever  pada saat digerakkan dari posisi Hold - Operating, sebagai indikasi ketepatan adjustment mekanisme linkage & rod lever leaning, agar didapatkan kemudahan dan kenyamanan pengoperasian.

32.Control lever operating force for Blade lifting Lh & Rh right, Blade side shifting, Drawbar side shifting Circle rotation, Power tilt, Ripper
Untuk mengetahui gaya yang diperlukan untuk menarik atau menekan masing masing control lever  pada saat digerakkan dari posisi Hold - Operating, sebagai indikasi lubricating linkage & rod serta inner part control valve kondisinya normal dan ketepatan adjustment mekanisme linkage & rod control lever, agar didapatkan kemudahan dan kenyamanan pengoperasian.

33.Blade lifting speed
Untuk mengetahui waktu yang diperlukan untuk menggerakkan blade lift cylinder ke posisi Raise, sebagai indikasi banyaknya flow discharge pump yang dialirkan menuju sisi head ripper cylinder dan dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan hydraulic pump, control valve & pressure compensating valve.

34.Speed of drawbar side cylinder
Untuk mengetahui waktu yang diperlukan untuk menggerakkan drawbar side blade cylinder dari posisi Tilt Rh – Tilt Lh dan sebaliknya, sebagai indikasi banyaknya flow discharge pump yang dialirkan menuju drawbar side blade cylinder dan dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan hydraulic pump, control valve & pressure compensating valve.

35.Speed of sideshift in relation to circle
Untuk mengetahui waktu yang diperlukan untuk menggerakkan side shift blade cylinder dari posisi end stroke Lh – end stroke Rh dan sebaliknya, sebagai indikasi banyaknya flow discharge pump yang dialirkan menuju side shift blade cylinder dan dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan hydraulic pump, control valve & pressure compensating valve.

36.Ripper lifting speed
Untuk mengetahui waktu yang diperlukan untuk menggerakkan ripper cylinder ke posisi Raise, sebagai indikasi banyaknya flow discharge pump yang dialirkan menuju sisi head ripper cylinder dan dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan hydraulic pump, control valve & pressure compensating valve.

37.Turning speed by circle rotation
Untuk mengetahui waktu yang diperlukan untuk memutar blade arah kanan dan kiri, sebagai indikasi banyaknya flow discharge pump yang dialirkan menuju circle rotation motor dan dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan hydraulic pump, control valve & pressure compensating valve.

38.Hydraulic drift Extention of blade cylinder
Untuk mengetahui kecepatan penurunan blade saat posisi menggantung pada saat engine mati, sebagai indikasi tingkat kebocoran (internal leakage) pada seal piston lift cylinder blade

39.Hydraulic drift Retraction of blade cylinder


40.Hydraulic drift Extention of ripper cylinder
Untuk mengetahui kecepatan penurunan chasis unit saat chasis diangkat bagian belakangnyanya dengan ripper lift cylinder posisi lower pada saat engine mati, sebagai indikasi tingkat kebocoran (internal leakage) pada spool dan housing control valve (ripper lift spool).

41.Hydraulic drift Retraction of ripper cylinder
Untuk mengetahui kecepatan penurunan ripper saat posisi menggantung pada saat engine mati, sebagai indikasi tingkat kebocoran (internal leakage) pada seal piston lift cylinder ripper.

1.Alternator output voltage
      Untuk mengetahui besar voltage alternator saat engine hidup, sehingga dapat memastikan terjadinya proses recharging battery selama unit operasi.
      Prosedur.
      -     Hidupkan engine dan posisikan high idle
      -     Gunakan AVO meter secara paralel, ukur terminal B alternator : 27-5 – 29.5 V.

2.Battery relay
      Untuk memastikan battery relay dapat menghubungkan salah satu terminal battery dengan electrical system unit, sehingga battery dapat menjadi power source.

3.Starting Switch
Untuk memastikan starting switch berfungsi untuk memposisikan system unit sesuai putaran starting switch.
-     Ukur connectivitas antar terminal sesui posisi / putaran starting switch.

4.Starting motor
Untuk memastikan starting motor dapat bekerja dengan baik saat digunakan untuk memutar (cranking) engine.

5.Solenoid valve
Untuk memastikan solenoid valve dapat bekerja saat Arus perintah mengalir, untuk mengalirkan atau menutup aliran pressure oli. (tergantung type : NC atau NO)
      -     Ukur nilai resistance solenoid saat dingin dan dalam range temperature operasi.
      -     Pastikan plunger atau push pin tidak jammed. dsb

6.Sensor
      Untuk mengetahui nilai resistance atau kontak kedua terminal (sensor switch).
      -     Ukur perubahan nilai resistance berdasarkan perubahan pressure atau temperature.
      -     Ukur connectivitas kedua terminal berdasarkan pressure atau gerakan mechanism. dsb

7.Connector
      Untuk mengetahui connectivitas antara male dan female, sehingga dapat memastikan arus listrik dapat mengalir dan system unit dapat berfungsi normal.
      -     Lakukan pengecheckan visual check < kondisi connector, wiring, seal dsb
      -     Gunakan multimeter untuk untuk mengukur connectivitas masing masing wiring saat female and female dipasang.        
Engine (General)
1.Engine doesn’t start
      -     Terdapat udara yang terjebak didalam fuel system
      -     Keabnormalan pada supply pump, shut-off valve
      -     Cranking rpm tidak tercapai
      -     Fuel tercampur air, dsb

2.Engine Low Power
      -     Terjadi kebuntuan pada Air cleaner atau fuel filter
      -     Injection timing tidak tepat
      -     Keabnormalan pada supply pump, shut-off valve
      -     Lingkage thottle atau Current throttle drive kurang maksimal
      -     Kwalitas fuel jelek : bercampur air, minyak tanah (kerosin) atau kotoran lainnya. dsb

3.Engine doesn't Stop
      -     Shut-off solenoid valve putus
      -     O-ring injector sisi fuel return bocor, sehingga masuk ke port metering.

4.Engine Black Smoke
      Pada dasarnya disebabkan perbandingan udara masuk lebih sedikit dari fuel yang diinjeksikan, sehingga ada sebagian fuel yang tidak terbakar.
      -     Air cleaner buntu
      -     Turbocharger abnormal
      -     Over fuelling karena keabnormalan pada control fuel system
      -     Unit beroperasi pada daerah ketinggian, sehingga kerapatan udara luar relatif lebih kecil.

5.Engine White Smoke
      -     Ujung Injector pecah, sehingga tidak terjadi injection spray.
      -     Injection Timing tidak tepat.

6.Engine Can't High Idle
      -     Fuel control dial (potentiometer) abnormal
      -     Keabnormalan pada ECM
      -     Misadjustment engine speed sensor. dsb

7.Engine Knocking
      -     Timing injection terlalu cepat atau lambat
      -     Terjadi keausan berlebihan pada main bearing
      -     Adjustment valve clearance tidak tepat. dsb

8.Oil Consumption is excessive
      -     Keausan pada liner atau ring piston terlalu besar (oil up)
      -     Keausan pada valve guide terlalu besar (oil down)
      -     Kerusakan turbocharger, keausan pada bushing atau seal, sehingga oli bocor ke sisi blower atau impeller. dsb.

9.Oil is mixed in coolant
      -     Terjadi keretakan pada cylinder head atau engine block pada sisi jalur air.
      -     O-ring liner bocor
      -     O-ring gasket cylinder head bocor.
      -     Oil cooler bocor, dsb

10.Oil level rises
Oil level engine dapat naik disebabkan adanya fuel atau air radiator yang bocor dan masuk ke dalam crank case, hal ini dapat disebabkan oleh :
-     Keausan Plunger FIP terlalu besar, sehingga fuel bocor ke dalam case FIP
-     Nozzle atau injector pecah, sehingga fuel langsung bocor ke ruang bakar dan turun melalui ring piston masuk ke crank case.
-     O-ring return port nozzle atau plunger bocor, dsb
-     Jika level bertambah tinggi karena bercampur dengan air maka, penyebabnya sama dengan oil engine bercampur air diatas. No 9.

11.Coolant Temperature rises to high
      -     Core & Fin radiator buntu
      -     Air radiator kurang
      -     Thermostat jammed
      -     Vaccum valve (cap radiator) tidak berfungsi. dsb
      -     Impeller water pump slip, atau internal leakage terlalu besar, dsb.

0 Response to "TROUBLE GRADER"

Post a Comment